PUSAKA AMBALAN DIPONEGORO DAN CUT NYAK DHIEN
🖥️ by Pramuka SMKN 1 Bondowoso | 17 Mei 2025 | in Profil
PUSAKA AMBALAN DALAM KEGIATAN
Ambalan Diponegoro dan Cut Nyak Dhien merupakan nama kumpulan sangga Pramuka penegak dalam Gerakan Pramuka yang mengabadikan dua tokoh besar perjuangan bangsa Indonesia: Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dhien. Pangeran Diponegoro nama untuk ambalan Pramuka penegak putra dan Cut Nyak Dhien nama untuk amblan putri di gugus depan 01.033-01.034 pangkalan SMKN 1 Bondowoso. Pusaka ambalan ini dimaksudkan sebagai simbol semangat juang dan nilai-nilai kepahlawanan, masing-masing ambalan memiliki pusaka yang merepresentasikan karakter dan perjuangan tokoh yang diabadikan. Pusaka tersebut bukan sekadar benda, melainkan lambang dari semangat pantang menyerah, keberanian, dan kecintaan terhadap tanah air.
Ambalan Diponegoro gugus depan Bondowoso 01.033 mengambil keris sebagai pusaka utamanya. Keris merupakan senjata tradisional yang memiliki nilai historis dan spiritual tinggi dalam budaya Jawa. Dalam konteks Ambalan Diponegoro, keris menjadi simbol dari semangat perjuangan Pangeran Diponegoro, pahlawan nasional asal Yogyakarta yang memimpin Perang Jawa (1825–1830) melawan penjajahan Belanda.
Pangeran Diponegoro dikenal sebagai sosok yang religius, tegas, dan memiliki keberanian luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat dari penindasan kolonial. Keris yang dibawanya bukan sekadar senjata, melainkan perlambang dari kehormatan, tekad, serta kekuatan spiritual. Dalam pramuka, pusaka keris ini mengajarkan pentingnya keberanian, tanggung jawab, dan semangat juang tanpa pamrih dalam membela kebenaran.
Sementara itu, Ambalan Cut Nyak Dhien gugus depan Bondowoso 01.034 menjadikan rencong sebagai pusaka lambangnya. Rencong adalah senjata tradisional khas Aceh, yang dikenal sebagai simbol keberanian dan ketangguhan rakyat Aceh dalam menghadapi penjajah. Senjata ini erat kaitannya dengan sosok Cut Nyak Dhien, pahlawan nasional wanita asal Aceh yang terkenal karena semangat juang dan keteguhannya dalam melawan penjajahan Belanda.
Rencong bukan hanya alat tempur, tetapi juga lambang kehormatan dan harga diri. Cut Nyak Dhien, meskipun seorang perempuan, tak gentar turun ke medan perang bersama rakyat Aceh, bahkan tetap melawan meski dalam keadaan fisik yang sudah renta dan penglihatan yang melemah. Pusaka rencong dalam Ambalan Cut Nyak Dhien menggambarkan kekuatan, keteguhan hati, dan keberanian seorang perempuan dalam mempertahankan martabat bangsanya.
Pusaka keris dan rencong bukan hanya simbol dari dua tokoh besar, tetapi juga pengingat bagi generasi muda, khususnya para anggota Gerakan Pramuka, untuk meneladani semangat juang, patriotisme, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dhien. Melalui pusaka ini, Ambalan Diponegoro dan Ambalan Cut Nyak Dhien mengajarkan bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan dengan senjata, tetapi juga dengan semangat, keteguhan, dan pengabdian terhadap bangsa dan negara.